Sesungguhnya kehidupan manusia baru menjadi murni dengan hadirnya musibah dan ujian.Serta baru menjadi suci dengan adanya penyakit dan cobaan.Semua iu menjadikan kehidupan mencapai kesempurnaan dan kekuatan menjadi meningkat dan produktif.Sehingga dengan demikian, wajah kehidupan telah menunaikan tugas kehidupannya.
Sebaliknya, kehidupan yang hanya berteman kesenangan dan kemewahan.hanya bergembira diatas ranjang kenikmatan yang jauh dari berbagai rintangan dan tantangan .
Kehidupan yang demikian meupakan potret kehidupan yang lebih dekat dengan ketiadaan ( al-adam ) dan menjadi keburukan murni ketimbang eksistensi atau keberadaan ( al –wujud ) dan menjadi kebajikan murni.
Kalimat – kalimat diatas keluar dari lisan Bediuzzaman Said Nursi ketika memaknai penyakit yang dialami Nabi Ayyub a.s. Pandangan Nursi mengenai musibah atau secara khusus terhadap penyakit memang cukup unik.Secara Spesifik, Sayyid Nursi melihat penyakit yang menimpa kehidupan manusia melalui lensa positif, bukan negative.
Segala bentuk penderitaan yang ditorehkan oleh penyakit dalam kehidupan kita jika dihadapai dengan ketenangan, kesabaran dan kepasrahan, bahkan dihadapi dengan rasa syukur, maka penyakit itu pasti menjanjikan mahkota kebesaran, kemulian, keagungan dan penghormatan diatas kepala kita sebagai bentuk kasih sayang Illahi.
Sayyid Nursi akan melihat orang-orang yang tenggah menderita suatu penyakit bukan dengan tatap iba, tapi dengan tatapan bangga ; bukan dengan perasaan duka , tapi dengan perasaan suka ; bukan dengan tangisan, tapi dengan senyuman.
Jangan salah paham .Sayyid Nursi mempunyai pandangan yang unik mengenai penyakit.
Ia melihat penyakit melalui perspektif yang berbeda dengan cara kita melihatnya.