tulisan berjalan

Selamat Datang di blog Muhammad Waltalzi
Arriyadh Prayugo's Blog

Minggu, 18 Maret 2012

Jawabku untuk Puisi Galau itu

Kamu..jika aku boleh menjawab....
jika desis hati itu karena pilunya kisah cinta...
hilangkanlah semua pedih itu karena dengan menangis pilu tak kan pernah menyelesaikan masalah apa-apa...
bukankah dengan menyimpan pilu membuat kita semakin menderita ???

Kamu..jika aku boleh menjawab....
jika kenangan manismu denganya bisa membuat dia tersenyum
sudah di pastikan dia ingat dan masih menyimpan kenangan itu dalam bingkai kenangannya...

Kamu.. ketika menyimak ceritamu..
sungguh ternyata rindu itu tak seringan yang ada dipikiranku...
apakah itu kegilaan dari apa yang disebut dengan rindu???

Kamu..jika aku boleh menjawab lagi....
ketahuilah wahai sohibku...
sesuatu yang tak jadi milikmu lagi tak penting untuk kau pikirkan
apalagi membuatmu jatuh dalam jurang kegalauan..


Kamu...tatkala ku simak lagi ceritamu...
terkadang memang ada waktu ketika kita harus pergi meninggalkan orang yang dicinta
itu bukan berarti kita tidak lagi mencintai dia, melainkan sebegitu besar rasa cinta hingga kita merasa dia tidak bisa bahagia selagi bersama kita...
itu wajar...tapi lebih wajar lagi jika kita tidak merusak diri dengan menyakiti jiwa raga dibalik kisah suci cinta sejati....

Kamuu....Jika aku boleh menjawab...
ketika airmata menetes jatuh tak selamanya berarti sengsara
ada kalanya tetesan itu berarti luapan bahagia yang tiada tara..

untuk itu berusaha lah air mata itu tumpah teruntuk rasa bahagia..

Keep Spirit ^_^



rangkaian kata ini terlahir sebagai jawaban komentar tatkala seseorang yang nge tag sebuah puisi di fbku...

puisinya sebagai berikut...


KAMU.....BOLEH AKU BERTANYA..??


Dahulu desis hati ku kisah pilunya kerana kasih cinta dan nista itu masih bersama ku.. Bukan hasrat ku bermain kata menulis puisi cinta tapi ianya teras agas puisi hiba alunan jiwa ku yang merindu kasih. Laksana sang pungguk yang melihat indahnya bulan tapi tak terdakap lalu menyiulkan bunyi panggilan sayu..


Aku pilih untuk berkata bahasa pilu sebagai ganti puisi ...cinta yang seharusnya menjadi mainan pujaan jiwa ku.. Yang jelas atlasnya itu puisi hati, kata hati ku yang duka pilu mengenang nostalgia yang kata-kata cinta terbenam dibenaknya..

Merindukah aku? Merindukah kamu? Tiada yang dapat menyangkal lumrah insani yang indah di helaian kutub hati. Bukan puisi tentang cinta tapi bait kata-kata puisi hati yang telus jelas nyata membalikkan sesuatu yang disebaliknya. Aku jujur.. Kamu juga jujur mahunya tanpa perlu tahu tentang hiba hinanya aku

Kamu.. boleh aku bertanya?

Adakah kamu tidak pernah terfikir tentang aku? Apakah kamu tidak pernah terlintas akan nama ku, senyuman ku, kasih sayang ku di mainan jalanan hari-hari mu? Tiadakah sekelumit kenangan manis antara kita dahulu yang bisa membuat kamu tersenyum?

Kamu.. boleh aku bercerita?

Aku rindu kamu, sentiasa ingat kamu.. Kadang tikanya ada yang berlalu melintasiku memakai bauan minyak wangi yang dulunya pernah kamu pakai, akan ku toleh dan mengikutinya dalam diam sambil menghidu bau nya di angin dan tanpa sedar air mata jernih ku mengalir.. ingat kan kamu... ingat kan kamu.. rindu sungguh pada kamu..

Kamu.. boleh aku bertanya lagi..?

Kamu bahagia di sana? Kamu gembira di sana? Senyumkah kamu di sana? Tawa kah kamu di alam tanpa ku? Telah ketemu kah selaut bahagia yang kamu cari, seluas angkasa indah yang kamu dambakan? Sejuta ketenangan hati yang kamu impikan?

Kamu.. boleh aku bercerita lagi?

Aku rindu kamu, sentiasa memandang kamu.. Aku tahu kamu milik orang dan aku terima dengan hati yang suci, ikhlas kerana aku mahu lihat kamu bahagia. Dan laksana itu aku menjauhkan diri membawa kata hiba untuk diri ini. Tiap kali aku memandang bulan purnama yang jauh, itu bagai kamu pada mata jiwa ku.. aku memandang kamu yang bercahaya gembira di sana... Dan maha sesungguhnya aku mahu berada di samping kamu bertawa gembira, bercahaya purnama tapi aku pilih untuk melihat dari jauh demi bahagia kamu, demi gembira kamu bidadari hati ku..

Kamu.. boleh aku bertanya?

Kenapa airmata ku mengalir tika menitipkan kata monolog jiwa ku ini? Sengsara kah aku? Kamu...

- Muaz Hadi -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Elegant Rose - Diagonal Resize